KEMAMPUAN
MEMBACA DAN MENULIS SISWA DI SEKOLAH DASAR MELALUI FASILITAS LINGKUNGAN SEKOLAH DAN
KETERAMPILAN DASAR BAHASA INDONESIa
deliana magdalenA
JURUSAN BAHASA
indonesia
Abstrak
Tulisan
ini berawal dari berbagai masalah yang dihadapi guru dalam membelajarkan
siswanya sehingga memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Secara khusus dibahas
pendekatan Whole Languange dan strategi pembelajaran menyimak,
berbicara, membaca, menulis serta apresiasi seni. Pendekatan dan strategi ini
diharapkan dapat membantu guru membelajarkan siswanya khususnya di SD. Penulis
ingin mengajak rekan-rekan guru terutama di sekolah dasar untuk memberikan
pelajaran bahasa Indonesia dengan benar. Siswasiswa jangan hanya dijejali
dengan pengetahuan bahasa saja tapi melalui pelajaran bahasa Indonesia siswa
dibimbing untuk terampil menggunakan bahasa. Guru membimbing siswa untuk
terampil/mempunyai kompetensi dalam mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Semuanya ini berguna untuk menunjang mata pelajaran lain. Yang akan dibahas
dalam tulisan ini keterampilan membaca sebagai langkah awal untuk membangkitkan
minat baca siswa. Marilah disadari bahwa dalam mengajar siswa untuk membaca
bukan hal sepele, yang dapat diabaikan begitu saja, yang dapat diberi tugas
lalu kelas ditinggalkan, lalu guru datang lagi dengan “segudang” pertanyaan.
Karena itu marilah belajar bersama untuk mempelajari jenis-jenis membaca
sehingga dapat memacu siswa untuk dapat gemar membaca dan menjadikan pelajara membaca
sesuatu yang menyenangkan. Sesuai dengan judul, tulisan ini bertujuan untuk,
membahas secara lebih mendalam dua model pendekatan pembelajaran
bahasaIndonesia yang biasanya dipergunakan di kelas-kelas awal SD yaitu,
pertama, pendekatan Whole Language dan lima strategi pada kelaskelas
awal di SD.
Kata Kunci: Membaca, bahasa
Indonesia, minat
PENDAHULUAN
Salah satu
bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar adalah keterampilan membaca
yang didasari oleh kemampuan membaca. Mampu membaca tidak berarti secara
otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai
tanpa memiliki kemampuan membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai
sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa itu
sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan
memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan
kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia akan makan, pakaian, dan lain
sebagainya. Sebagian besar orang Indonesia belum sampai pada tahap menjadikan
kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar. Padahal membaca sangat perlu.
Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan
pandangannya,
dapat menambah dan membentuk sikap hidup yang baik, sebagai hiburan serta menambah
ilmu pengetahuan, dengan membaca ibarat dapat membuka “jendela dunia”. Dengan
membaca dapat dihindari sikap picik dan fanatisme yang negatif. Mengingat
pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka guru perlu
memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggih atau sebaik
apapun suatu metode membaca tidak akan berhasiljika gurunya tidak mampu
melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu
peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.
Penyelenggaraan
pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) secara realitas dapat dikategorikan
kedalam dua kelompok kelas, yaitu kelas-kelas awal dan kelas-kelas
lanjutan/tinggi. Secara hukum berdasarkan ketentuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2004, yang dimaksudkan dengan kelas awal/rendah adalah kelas 1 dan
2, sedangkan kelas tinggi adalah kelas 3 sampai kelas 6. Pengelompokan kelas
tersebut, memiliki implikasi yang luas baik dalam tataran pertimbangan usia,
muatan materi, maupun pendekatan pembelajarannya. tingkat asumsi atau pendirian
mengenai bahasa atau pembelajaran bahasa. Sifat suatu pendekatan adalah
aksiomatik, yakni bersifat pasti tak perlu diragukan atau diuji lagi
kebenarannya. Pendekatan menunjukkan suatu pandangan, suatu filsafat yang
dipercayai, tetapi tidak selalu bisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatan
disanggah hanya dapat dilakukan berdasarkan metode yang tumbuh dari pendekatan
itu. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam pembelajaran
bahasa. Manfaat dari kegiatan membaca telah banyak diungkap oleh para pakar
berbagai bidang disiplin ilmu. Walaupun demikian, kegiatan membaca tidak luput
dari pengaruh faktor lain yang membuat seseorang terhambat bahkan tidak
melakukan kegiatan ini. Dilihat dari kegiatan anak membaca, mereka membutuhkan
stimulus yang membuat mereka terdorong untuk melakukan kegiatan membaca. Belum
banyak orang tua dan guru yang secara sengaja memberikan penghargaan saat anak
melakukan kegiatan yang baik, seperti saat belajar dan membaca (Kompas, 26 Februari
20: 9). Walaupun peningkatan bahan-bahan cetak melimpah di negara-negara
maju, hal ini
sangat jauh berbeda keadaannya di dunia sedang berkembang apalagi dunia
terbelakang (Badan Pertimbangan dan Pengembangan Buku Nasional, 1999 : 44). Mengingat
begitu pesatnya informasi yang disajikan dalam bahan cetak, di samping minat
bacanya ditumbuhkan, keterampilan membaca anak perlu juga ditingkatkan. Minat
baca masyarakat Indonesia yang masih rendah perlu diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya, mulai dari lingkungan keluarga sampai di masyarakat. Mengingat
luasnya bidang penelitian minat baca, peneliti membatasi ruang lingkup masalah
ini pada minat baca untuk usia SD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
minat baca, yaitu penguatan (reinforcement) membaca, fasilitas lingkungan
sekolah, dan keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia. Penelitian minat baca
ini difokuskan pada ketiga masalah di atas mengingat yang akan diteliti adalah
minat baca murid SD yang masih sangat memerlukan penguatan membaca, penyediaan
fasilitas, dan masih perlu ditingkatkan keterampilan dasar membacanya. Dalam
memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam
kehidupan manusia. Kegiatan membaca diperlukan untuk mencapai kemajuan dan
kesuksesan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Derasnya arus
informasi dan komunikasi dewasa ini menyebabkan apa yang kita ketahui hari ini,
tentang kemarin, mungkin tadi pagi atau tadi malam telah berubah. Pengembangan
minat baca ini perlu ditingkatkan secara berkesinambungan agar terbentuk
masyarakat yang berbudaya membaca. Khususnya di negara ini, cara yang efektif
populer untuk memperoleh informasi adalah melalui bacaan. Oleh karena itu sejak
dini masyarakat perlu dimotivasi agar senang dan biasa membaca. Para guru harus
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk membaca sehingga dalam melaksanakan
proses pembelajaran guru tidak hanya mengandalkan ilmu yang pernah
dipelajarinya sebelum menjadi guru.
BAHAN DAN METODE
Diambil dari
jurnal 1. Kartika, Esther. “memacu minat
membaca sekolah dasar”. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur No.03 / Th.III / Desember
2004 (20-27). Kalau seorang siswa dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan
tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai. Catatan :
- Untuk mengetahui
kecepatan rata-rata membaca siswa hitunglah dengan
rumus: Jumlah
kata yang dibaca Jumlah detik waktu membaca
- Untuk
menghitung kecepatan efektif : Jumlah kata yang dibaca Waktu tempuh baca x 60 =
kata / menit x % pemahaman isi bacaan = kata/menit
Program Sekolah
Lima Hari, Evaluasi Formatif
Contoh :
Siswa yang
berhasil membaca ± 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah
pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan
efektif siswa tersebut = 300 kata x 60% = 180 kata per menit 9)
Membaca Bahasa.
Membaca
memindai, dalam kurikulum 2004, dapat digolong dalam membaca
bahasa. Tujuan
yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah
keterampilan
siswa dalam menggunakan makna bahasa, makna kalimat/kata yang digunakan dalam
konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang
berbeda-beda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan
kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada siswa kelas III
sekolah dasar, sebab pada tahap ini siswa sudah mulai lancar membaca. Mula-mula
bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada siswa, kelas IV,
V, dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernah
diajarkan.
Dalam kegiatan membaca bahasa,
guru perlu menanyakan :
a. arti kata yang digunakan dalam
pelajaran dan penggunaan kata tersebut
dalam kalimat lain;
b. tepat atau tidaknya pemakaian
kata dalam situasi yang digambarkan dalam
suatu pelajaran;
c. penggunaan awalan, akhiran,
dan sisipan;
d. penggunaan tanda baca seperti
koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua,
dan sebagainya.
e. Penyusunan kata/kalimat baru
yang lain
Dalam pelaksanaan membaca bahasa,
dilakukan langkah-langkah berikut :
a.
Para
siswa diberi kesempatan membaca dalam hati ± 5 menit. Kesempatan ini boleh
diberikan lebih dari satu kali.
b.
Guru
bertanya tentang kata, ungkapan, atau kalimat yang dianggap baru oleh siswa.
Sebenarnya langkah ini hanya untuk mencocokkan apakah hal yang dianggap baru
oleh siswa dan hal yang diperkirakan baru oleh guru itu sama.
c.
Pembahasan
kata, ungkapan atau struktur kalimat disesuaikan dengan indikator yang akan
dicapai.
d.
Latihan-latihan
bahasa dikaitkan dengan hal yang dibahas. Latihan ini dapat berupa penggunaan
kata atau ungkapan dalam kalimat, dapat Program Sekolah Lima Hari, Evaluasi
Formatif berupa latihan membuat kalimat dengan struktur baru menggunakan kata yang
dibahas tersebut.
2. Ginting,
Vera. “Penguatan Membaca, Fasilitas
Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat
Baca Murid”. Dalam Jurnal Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah
dan Keterampilan Dasar Membaca Vo. 5 No.5, Desember 2006, (273-288). Minat
mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih
dekat pada perilaku. Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan
di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal
ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga
aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau
pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.
Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur
aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring
melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai,
(3) pengukuran
performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins, 1994: 314).
Dari uraian
tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan
yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang
dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai baginya.
Pengertian
Membaca
Membaca
merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis (Smith,
1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian
keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999: 13). Dengan kata lain,
proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses
tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan
melihat simbol-simbol.
Oleh karena itu,
mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993: 5). Sebagai proses
tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala Penguatan Membaca, Fasilitas
Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca sesuatu yang kita persepsi.
Proses membaca juga meliputi identifikasi simbolsimbol bunyi dan mengumpulkan
makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja, 1999: 12). Oleh karena itu,
membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan
tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
atau mendapatkan kesenangan.
Minat Baca
Berdasarkan
uraian di atas, minat baca murid SD didefinisikan sebagai tingkat kesenangan
yang kuat (excitement) dari murid dalam melakukan kegiatan membaca yang
dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.
3. Diambil dari Jurnal Yarmi,
Gusti. “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD”. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008. (75-85). Pendekatan
menunjukkan suatu pandangan, suatu filsafat yang dipercayai, tetapi tidak
selalu bisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatan disanggah hanya dapat
dilakukan berdasarkan metode yang tumbuh dari pendekatan itu. Berikut ini
adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam pembelajaran bahasa. Whole
Language adalah cara berpikir mengenai bagaimana siswa belajar bahasa, baik
lisan maupun bahasa tulis. Whole Language adalah dua kata yang telah
mejadi simbol munculnya sebuah gebrakan yang mampu mengubah kurikulum seantero
dunia. Dua kata yang telah memunculkan berbagai definisi dan juga reaksi yang
hebat. Dua kata yang memiliki segudang makna (Watson, 1989). Bukan hanya para
guru atau pendidik saja yang memperbincangkannya, para administrator dan para
peneliti pun tiada henti mendiskusikannya, melakukan berbagai penelitian, dan
menulis berbagai artikel untuk merumuskan konsep Whole Language. Oleh karena
itu, wajarlah jika terdapat berbagai variasi pendapat tentang konsep Whole
Language yang dicetuskan oleh para ahli selaras dengan bidangnya masing-masing.
HASIL DAN PEMABAHASAN
Pendapat lain
dari Semiawan (1999: 22) menyatakan sekolah sebagai sarana pendidikan berfungsi
juga sebagai lembaga untuk menyeleksi dan memilih manusia yang berbakat,
terampil dan mampu, sehingga masyarakat berkembang ke arah kondisi yang
bermanfaat (meritocracy), dan dapat memenuhi kondisi masyarakat yang
dipersiapkan untuk masa depan. Dari berbagai pendapat dan teori di atas,
disimpulkan lingkungan sekolah adalah suatu tempat dengan iklim yang
dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan murid memenuhi perannya di masa
sekarang dan masa mendatang. Pengertian Fasilitas Lingkungan Sekolah
Dalam evaluasi
pendidikan, komponen fasilitas, media dan perpustakaan, serta peralatan sekolah
merupakan salah satu objek evaluasi. Menurut Worthen dan Sanders, pengalaman
pengguna pertama dengan objek yang akan dievaluasi menjadi cara terbaik untuk
memperoleh informasi yang akurat tentang objek tersebut (Worthen & Sanders,
1987: 8). Oleh karena itu, fasilitas lingkungan sekolah ini menjaring data dari
penilaian murid mengenai fasilitas lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu,
disimpulkan definisi konseptual fasilitas lingkungan sekolah dalam penelitian
ini adalah penilaian murid mengenai sarana berupa benda maupun non benda yang
ada di lingkungan sekolah yang mencakup ketersediaan, kelengkapan, kecukupan
yang sesuai dengan kebutuhan murid, kualitas pelayanan petugas, sampai
aksesibilitas pemanfaatannya untuk menumbuhkan, membina, dan meningkatkan
kegiatan membaca. Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia Pengertian
Keterampilan Dasar Membaca. Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan
bagi orang yang mau mencari informasi dari teks tertulis (Ahuja, 1999: 12).
Membaca juga sebagai salah satu alat untuk belajar (study skills) berbagai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat
kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi
tulisan (Tampubolon, 1987: 5).
Menurut Smith
(1988: 24) keterampilan berbicara dan menulis termasuk aspek produktif,
sedangkan keterampilan mendengar dan membaca termasuk aspek reseptif dari
bahasa. Broughton mengungkapkan dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
(1) Keterampilan
yang bersifat mekanis (mechanical skills) mencakup pengenalan bentuk huruf sampai
pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan
bahan tertulis atau “to bark at print”) dalam kecepatan membaca taraf lambat. Penguatan
Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca
(2) Keterampilan
yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian
sederhana sampai mengevaluasi atau menilai isi dan bentuk bacaan dalam
kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan
(Tarigan, 1990: 11). Adapun Chomsky memberikan istilah surface structure untuk
mengenal teks yang terlihat secara kasat mata dan deep structure untuk memahami
teks dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dari pembaca
(Weaver, 1994: 38). Menurut ahli bahasa lainnya yaitu Tampubolon mengungkapkan
bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca (reading speed) dan pemahaman
isi secara keseluruhan (Tampubolon, 1987:7). Bond dan Tinker merasa “Suatu
definisi kecepatan membaca harus diartikan lagi sebagai kecepatan memahami
bahan-bahan tercetak dan tertulis.” Dengan demikian, mengukur kecepatan membaca
berarti mengukur kecepatan pemahaman terhadap bahan yang dibaca ( Ahuja, 1999:
54). Dari penjelasan di atas kiranya dapat dilihat bahwa istilah “kecepatan membaca”
sesungguhnya tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sebenarnya. Oleh karena
itu, istilah yang dipergunakan Tampubolon ialah kemampuan membaca.
Upaya-upaya
untuk Meningkatkan Minat Baca
Tidak dapat
disangsikan lagi bahwa penanaman kebiasaan membaca harus dimulai pada usia
dini, dan tidak dapat disangsikan pula bahwa sekolah merupakan tempat yang
sangat tepat untuk memupuk minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anak. Salah
satu dukungan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan minat baca siswa adalah peran
guru. Guru perlu memotivasi
siswa untuk
mencintai buku sejak awal. 12) Karena itu upaya pengembangan/ peningkatan minat
dan kebiasaan membaca juga diadakan di sekolah-sekolah. Kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan minat dan kebiasaan membaca antara lain :
1.
penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah;
2. pemberian
tugas membaca;
3. pemberian
tugas pembuatan abstraksi;
4. pemotivasian
penyelenggaraan majalah dinding;
5.
penyelenggaraan lomba membaca;
6.
penyelenggaraan lomba pembuatan kliping;
7. pemotivasian
penerbitan majalah atau buletin sekolah;
8.
penyelenggaraan pameran buku yang dikaitkan dengan peringatan harihari
besar nasional
dan agama;
9. penugasan
siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah; 13)
10.
penyelenggaraan program membaca;
11. pemberian
bimbingan teknis membaca.
Dari semua
kegiatan yang dilaksanakan di atas, tidak akan ada artinya kalau tidak didukung
oleh para guru. Guru mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat baca
siswa-siswanya. Jika guru salah atau kurang tepat dalam menggunakan metode
mengajar maka akan membuat siswa malas membaca, tidak memberikan motivasi (dorongan)
pada anak didik untuk gemar membaca. Guru yang tidak memberikan kesempatan atau
tidak menciptakan suasana diskusi di dalam kelas, akan mematikan minat anak
didik untuk ingin tahu atau mencari sesuatu jawaban. Guru yang mengajar dengan
metode ceramah saja atau yang lebih
buruk lagi
dengan menyalin saja (baik di papan tulis atau didiktekan), akan menjadikan
kelas itu kelas yang pasif, kelas yang siswa-siswanya selalu menunggu apa yang
akan diberikan oleh gurunya. Seharusnya seorang guru harus menciptakan kelas
yang interaktif, kelas yang siswa-siswanya selalu mencari jawaban dan memecahkan
masalah. Sebagai contoh kegiatan guru untuk mengajak siswanya berminat untuk membaca
dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Memperkenalkan
buku kepada anak sejak dini. Guru yang bijak akan mulai suatu langkah, mencoba
melangkah tapi penuh kepastian. Dipilihnya buku-buku dari perpustakaan sebanyak
jumlah siswanya di kelas. Seawal mungkin, ketika anak mulai duduk di bangku
kelas I anak
diberi buku.
“Mengapa ? Bukankah anak belum bisa membaca ? “. Memang benar, tapi guru yang
bijak tadi bukan menyuruh anak membaca buku-buku itu. Guru ingin merangsang
siswanya dengan berusaha agar siswa sadar, mulai “cinta buku”. Misalnya dengan
menanyakan gambar-gambar yang terdapat dalam buku, pada kesempatan lain guru
bercerita singkat tentang isi suatu buku yang menarik siswa. Cerita disajikan
dengan maksud untuk menumbuhkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang
isi buku. Maksudnya agar siswa terdorong dan memiliki motivasi. “Apabila kamu
sudah pandai membaca, banyak
cerita-cerita
menarik yang dapat diperoleh dalam buku-buku semacam ini.” Kelihatannya sangat
sederhana, akan tetapi hal ini dapat mendorong/ memberikan motivasi pada siswa
untuk cepat belajar membaca. Saat ini keberadaan perpustakaan kelas sangat
diperhatikan oleh para pengelola sekolah, sekali lagi tingal peran guru yang
sangat diperlukan dalam
memotivasi siswa
untuk membaca. Mengisi waktu luang anak didik dalam kelas. Bila anak sudah
memiliki kemampuan membaca, maka kemampuan guru yang bijak tadi mencoba
berkreasi. Anak didiknya dianjurkan mengumpulkan atau membuat kliping, misalnya
dari surat kabar, mingguan, atau majalah yang memuat bacaan atau cerita untuk
anak. Kliping yang terhimpun dibuat bermakna bagi proses belajar siswa. Tentunya
masih banyak cara lain untuk membangkitkan minat siswa dalam membaca. Dan
jangan lupa seleksilah buku-buku yang dibaca siswa-siswi/ anak-anak kita supaya
sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
Whole Language memandang
bahasa sebagai pusat pembelajaran Keberadaan bahasa disebabkan oleh dua alasan. Pertama, karena manusia
sanggup berpikir secara
simbolik, mereka mempresentasikan sesuai
dengan sesuatu yang lain, mereka
mampu menciptakan sistem-sistem semiotik.
Kedua, karena manusia adalah makhluk
sosial yang menggunakan bahasa sebagai
sarana komunkasi dalam kehidupannya. Komuikasi
sosial antar manusia memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan dua alasan
tersebut, jelaslah bahwa bahasa bagi manusia
adalah pusat komunikasi dan berpikir.
Belajar bahasa sebagai “belajar bagaimana memaknai” karena dalam proses belajar bahasa, manusia
mempelajari makna sosial bahasa
yang dihadirkannya (Halliday
1973). Selain itu, Halliday
menambahkan bahwa baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, bahasa lisan maupun tulis
akan lebih baik dan lebih mudah dipelajari
dalam aktivitas berbahasa yang
otentik dan dalam peristiwa
berbahasa sesuai dengan fungsi bahasa
yang sesungguhnya. Dengan alan ini
maka Whole Language program menolak pandangan bahwa perkembangan bahasa berawal dari bagian ke keseluruhan. Hal ini berlaku juga untuk
aktivitas membaca dan menulis
permulaan.dalam Whole Language program,
pemgajaran membaca, menulis, berbicara,
dan menyimak tidak terpisah tetapi
terpadu.
KESIMPULAN
Kemampuan dan
keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan lain yang
lebih tinggi. Karena itu pengajaran membaca di sekolah dasar harus dilaksanakan
dengan penuh kesungguhan sehingga memberi manfaat bagi siswa dalam pengembangan
kemampuan dan keterampilan lain. Kesabaran dan ketelatenan guru dalam membimbing,
mengarahkan, dan melatih siswa sangat berperan dalam mendorong siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Begitu pula guru
pustakawan dapat membantu meningkatkan minat baca
siswa dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Menerbitkan
daftar buku untuk buku anak-anak.
2. Merencanakan
kegiatan promosi minat baca seperti membentuk kelompok
pencinta
buku-buku, lomba minat baca dan lain-lain.
3.
Mengorganisasikan lomba minat baca di sekolah.
4. Memilih siswa
teladan yang telah membaca buku terbanyak.
5. Memberikan
tugas baru setiap minggu dan melaporkan hasil pelaksanaan
tugas.
6. Menceritakan
orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca.
7. Mengajak
siswa belajar ke perpustakaan.
8. Mengajak guru
untuk mengajar teknik-teknik membaca kepada siswa.
9. Memotivasi
siswa agar banyak membaca pada waktu terluang.
10.
Menyelenggarakan jam cerita (story telling) kepada para siswa secara
periodik.
Dengan
diketahuinya teknik-teknik membaca, langkah-langkah pelaksanaan, dan upaya
untuk meningkatkan minat baca, maka diharapkan guru dapat mengambil perannya
sebagai pendidik yang mendorong siswanya untuk gemar membaca. Diharapkan,
melalui tulisan ini, guru SD dapat memahami, merancang pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran bahasa Indonesia dan sastera dengan menerapkan pendekatan Communicative
dan pendekatan Whole Languge, strategi pembelajaran menyimak,
membaca, menulis dan apresiasi sastera dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di kelas-kelas awal SD secara lebih baik. Pembimbing harus tersedia
dalam pengadaan fasilitas membaca agar tidak terjadi pemborosan dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan. Agar tidak kalah dengan pengaruh media elektronik
terhadap murid, bentuk-bentuk perlombaan membaca perlu digalakan dari tingkat
sekolah sampai dengan tingkat nasional.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kartika,
Esther. “memacu minat membaca sekolah
dasar”. Dalam Jurnal Pendidikan
Penabur. Vol 3. No.03. Desember 2004 (20-27).
2.
Ginting,
Vera. “Penguatan Membaca, Fasilitas
Lingkungan Sekolah dan Keterampilan
Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid”. Dalam Jurnal Penguatan
Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Vol. 5
No.5, Desember 2006, (273-288).
3.
Yarmi, Gusti. “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa
dan
Sastra Indonesia di SD”. Dalam Jurnal
Pendidikan Penabur Vol. 7. No.11. Desember 2008. (75-85).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar