Rabu, 09 Mei 2012

jurnalku


KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS SISWA DI SEKOLAH DASAR  MELALUI FASILITAS LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KETERAMPILAN DASAR BAHASA INDONESIa
deliana magdalenA
JURUSAN BAHASA indonesia

Abstrak
Tulisan ini berawal dari berbagai masalah yang dihadapi guru dalam membelajarkan siswanya sehingga memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Secara khusus dibahas pendekatan Whole Languange dan strategi pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, menulis serta apresiasi seni. Pendekatan dan strategi ini diharapkan dapat membantu guru membelajarkan siswanya khususnya di SD. Penulis ingin mengajak rekan-rekan guru terutama di sekolah dasar untuk memberikan pelajaran bahasa Indonesia dengan benar. Siswasiswa jangan hanya dijejali dengan pengetahuan bahasa saja tapi melalui pelajaran bahasa Indonesia siswa dibimbing untuk terampil menggunakan bahasa. Guru membimbing siswa untuk terampil/mempunyai kompetensi dalam mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Semuanya ini berguna untuk menunjang mata pelajaran lain. Yang akan dibahas dalam tulisan ini keterampilan membaca sebagai langkah awal untuk membangkitkan minat baca siswa. Marilah disadari bahwa dalam mengajar siswa untuk membaca bukan hal sepele, yang dapat diabaikan begitu saja, yang dapat diberi tugas lalu kelas ditinggalkan, lalu guru datang lagi dengan “segudang” pertanyaan. Karena itu marilah belajar bersama untuk mempelajari jenis-jenis membaca sehingga dapat memacu siswa untuk dapat gemar membaca dan menjadikan pelajara membaca sesuatu yang menyenangkan. Sesuai dengan judul, tulisan ini bertujuan untuk, membahas secara lebih mendalam dua model pendekatan pembelajaran bahasaIndonesia yang biasanya dipergunakan di kelas-kelas awal SD yaitu, pertama, pendekatan Whole Language dan lima strategi pada kelaskelas awal di SD.

Kata Kunci: Membaca, bahasa Indonesia, minat


PENDAHULUAN
            Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar adalah keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca. Mampu membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia akan makan, pakaian, dan lain sebagainya. Sebagian besar orang Indonesia belum sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar. Padahal membaca sangat perlu. Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan
pandangannya, dapat menambah dan membentuk sikap hidup yang baik, sebagai hiburan serta menambah ilmu pengetahuan, dengan membaca ibarat dapat membuka “jendela dunia”. Dengan membaca dapat dihindari sikap picik dan fanatisme yang negatif. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggih atau sebaik apapun suatu metode membaca tidak akan berhasiljika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.
Penyelenggaraan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) secara realitas dapat dikategorikan kedalam dua kelompok kelas, yaitu kelas-kelas awal dan kelas-kelas lanjutan/tinggi. Secara hukum berdasarkan ketentuan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, yang dimaksudkan dengan kelas awal/rendah adalah kelas 1 dan 2, sedangkan kelas tinggi adalah kelas 3 sampai kelas 6. Pengelompokan kelas tersebut, memiliki implikasi yang luas baik dalam tataran pertimbangan usia, muatan materi, maupun pendekatan pembelajarannya. tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa atau pembelajaran bahasa. Sifat suatu pendekatan adalah aksiomatik, yakni bersifat pasti tak perlu diragukan atau diuji lagi kebenarannya. Pendekatan menunjukkan suatu pandangan, suatu filsafat yang dipercayai, tetapi tidak selalu bisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatan disanggah hanya dapat dilakukan berdasarkan metode yang tumbuh dari pendekatan itu. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam pembelajaran bahasa. Manfaat dari kegiatan membaca telah banyak diungkap oleh para pakar berbagai bidang disiplin ilmu. Walaupun demikian, kegiatan membaca tidak luput dari pengaruh faktor lain yang membuat seseorang terhambat bahkan tidak melakukan kegiatan ini. Dilihat dari kegiatan anak membaca, mereka membutuhkan stimulus yang membuat mereka terdorong untuk melakukan kegiatan membaca. Belum banyak orang tua dan guru yang secara sengaja memberikan penghargaan saat anak melakukan kegiatan yang baik, seperti saat belajar dan membaca (Kompas, 26 Februari 20: 9). Walaupun peningkatan bahan-bahan cetak melimpah di negara-negara
maju, hal ini sangat jauh berbeda keadaannya di dunia sedang berkembang apalagi dunia terbelakang (Badan Pertimbangan dan Pengembangan Buku Nasional, 1999 : 44). Mengingat begitu pesatnya informasi yang disajikan dalam bahan cetak, di samping minat bacanya ditumbuhkan, keterampilan membaca anak perlu juga ditingkatkan. Minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, mulai dari lingkungan keluarga sampai di masyarakat. Mengingat luasnya bidang penelitian minat baca, peneliti membatasi ruang lingkup masalah ini pada minat baca untuk usia SD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan minat baca, yaitu penguatan (reinforcement) membaca, fasilitas lingkungan sekolah, dan keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia. Penelitian minat baca ini difokuskan pada ketiga masalah di atas mengingat yang akan diteliti adalah minat baca murid SD yang masih sangat memerlukan penguatan membaca, penyediaan fasilitas, dan masih perlu ditingkatkan keterampilan dasar membacanya. Dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan membaca diperlukan untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Derasnya arus informasi dan komunikasi dewasa ini menyebabkan apa yang kita ketahui hari ini, tentang kemarin, mungkin tadi pagi atau tadi malam telah berubah. Pengembangan minat baca ini perlu ditingkatkan secara berkesinambungan agar terbentuk masyarakat yang berbudaya membaca. Khususnya di negara ini, cara yang efektif populer untuk memperoleh informasi adalah melalui bacaan. Oleh karena itu sejak dini masyarakat perlu dimotivasi agar senang dan biasa membaca. Para guru harus mempunyai kemampuan dan kemauan untuk membaca sehingga dalam melaksanakan proses pembelajaran guru tidak hanya mengandalkan ilmu yang pernah dipelajarinya sebelum menjadi guru.



BAHAN DAN METODE
Diambil dari jurnal 1. Kartika, Esther. “memacu minat membaca sekolah dasar”. Dalam Jurnal  Pendidikan Penabur No.03 / Th.III / Desember 2004 (20-27). Kalau seorang siswa dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai. Catatan :
- Untuk mengetahui kecepatan rata-rata membaca siswa hitunglah dengan
rumus: Jumlah kata yang dibaca Jumlah detik waktu membaca
- Untuk menghitung kecepatan efektif : Jumlah kata yang dibaca Waktu tempuh baca x 60 = kata / menit x % pemahaman isi bacaan = kata/menit
Program Sekolah Lima Hari, Evaluasi Formatif
Contoh :
Siswa yang berhasil membaca ± 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan efektif siswa tersebut = 300 kata x 60% = 180 kata per menit 9)
Membaca Bahasa.
Membaca memindai, dalam kurikulum 2004, dapat digolong dalam membaca
bahasa. Tujuan yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah
keterampilan siswa dalam menggunakan makna bahasa, makna kalimat/kata yang digunakan dalam konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada siswa kelas III sekolah dasar, sebab pada tahap ini siswa sudah mulai lancar membaca. Mula-mula bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada siswa, kelas IV, V, dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernah
diajarkan.
Dalam kegiatan membaca bahasa, guru perlu menanyakan :
a. arti kata yang digunakan dalam pelajaran dan penggunaan kata tersebut
dalam kalimat lain;
b. tepat atau tidaknya pemakaian kata dalam situasi yang digambarkan dalam
suatu pelajaran;
c. penggunaan awalan, akhiran, dan sisipan;
d. penggunaan tanda baca seperti koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua,
dan sebagainya.
e. Penyusunan kata/kalimat baru yang lain

Dalam pelaksanaan membaca bahasa, dilakukan langkah-langkah berikut :
a.       Para siswa diberi kesempatan membaca dalam hati ± 5 menit. Kesempatan ini boleh diberikan lebih dari satu kali.
b.      Guru bertanya tentang kata, ungkapan, atau kalimat yang dianggap baru oleh siswa. Sebenarnya langkah ini hanya untuk mencocokkan apakah hal yang dianggap baru oleh siswa dan hal yang diperkirakan baru oleh guru itu sama.
c.       Pembahasan kata, ungkapan atau struktur kalimat disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai.
d.      Latihan-latihan bahasa dikaitkan dengan hal yang dibahas. Latihan ini dapat berupa penggunaan kata atau ungkapan dalam kalimat, dapat Program Sekolah Lima Hari, Evaluasi Formatif berupa latihan membuat kalimat dengan struktur baru menggunakan kata yang dibahas tersebut.
2. Ginting, Vera. “Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid”. Dalam Jurnal Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Vo. 5 No.5, Desember 2006, (273-288). Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku. Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai,
(3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins, 1994: 314).
Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai baginya.
Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis (Smith, 1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999: 13). Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol.
Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993: 5). Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbolsimbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja, 1999: 12). Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.
Minat Baca
Berdasarkan uraian di atas, minat baca murid SD didefinisikan sebagai tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari murid dalam melakukan kegiatan membaca yang dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.
3. Diambil dari Jurnal Yarmi, Gusti. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD”. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008. (75-85). Pendekatan menunjukkan suatu pandangan, suatu filsafat yang dipercayai, tetapi tidak selalu bisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatan disanggah hanya dapat dilakukan berdasarkan metode yang tumbuh dari pendekatan itu. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam pembelajaran bahasa. Whole Language adalah cara berpikir mengenai bagaimana siswa belajar bahasa, baik lisan maupun bahasa tulis. Whole Language adalah dua kata yang telah mejadi simbol munculnya sebuah gebrakan yang mampu mengubah kurikulum seantero dunia. Dua kata yang telah memunculkan berbagai definisi dan juga reaksi yang hebat. Dua kata yang memiliki segudang makna (Watson, 1989). Bukan hanya para guru atau pendidik saja yang memperbincangkannya, para administrator dan para peneliti pun tiada henti mendiskusikannya, melakukan berbagai penelitian, dan menulis berbagai artikel untuk merumuskan konsep Whole Language. Oleh karena itu, wajarlah jika terdapat berbagai variasi pendapat tentang konsep Whole Language yang dicetuskan oleh para ahli selaras dengan bidangnya masing-masing.

HASIL DAN PEMABAHASAN
Pendapat lain dari Semiawan (1999: 22) menyatakan sekolah sebagai sarana pendidikan berfungsi juga sebagai lembaga untuk menyeleksi dan memilih manusia yang berbakat, terampil dan mampu, sehingga masyarakat berkembang ke arah kondisi yang bermanfaat (meritocracy), dan dapat memenuhi kondisi masyarakat yang dipersiapkan untuk masa depan. Dari berbagai pendapat dan teori di atas, disimpulkan lingkungan sekolah adalah suatu tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan murid memenuhi perannya di masa sekarang dan masa mendatang. Pengertian Fasilitas Lingkungan Sekolah
Dalam evaluasi pendidikan, komponen fasilitas, media dan perpustakaan, serta peralatan sekolah merupakan salah satu objek evaluasi. Menurut Worthen dan Sanders, pengalaman pengguna pertama dengan objek yang akan dievaluasi menjadi cara terbaik untuk memperoleh informasi yang akurat tentang objek tersebut (Worthen & Sanders, 1987: 8). Oleh karena itu, fasilitas lingkungan sekolah ini menjaring data dari penilaian murid mengenai fasilitas lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, disimpulkan definisi konseptual fasilitas lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah penilaian murid mengenai sarana berupa benda maupun non benda yang ada di lingkungan sekolah yang mencakup ketersediaan, kelengkapan, kecukupan yang sesuai dengan kebutuhan murid, kualitas pelayanan petugas, sampai aksesibilitas pemanfaatannya untuk menumbuhkan, membina, dan meningkatkan kegiatan membaca. Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia Pengertian Keterampilan Dasar Membaca. Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan bagi orang yang mau mencari informasi dari teks tertulis (Ahuja, 1999: 12). Membaca juga sebagai salah satu alat untuk belajar (study skills) berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987: 5).
Menurut Smith (1988: 24) keterampilan berbicara dan menulis termasuk aspek produktif, sedangkan keterampilan mendengar dan membaca termasuk aspek reseptif dari bahasa. Broughton mengungkapkan dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
(1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) mencakup pengenalan bentuk huruf sampai pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”) dalam kecepatan membaca taraf lambat. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca
(2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana sampai mengevaluasi atau menilai isi dan bentuk bacaan dalam kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan, 1990: 11). Adapun Chomsky memberikan istilah surface structure untuk mengenal teks yang terlihat secara kasat mata dan deep structure untuk memahami teks dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dari pembaca (Weaver, 1994: 38). Menurut ahli bahasa lainnya yaitu Tampubolon mengungkapkan bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca (reading speed) dan pemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon, 1987:7). Bond dan Tinker merasa “Suatu definisi kecepatan membaca harus diartikan lagi sebagai kecepatan memahami bahan-bahan tercetak dan tertulis.” Dengan demikian, mengukur kecepatan membaca berarti mengukur kecepatan pemahaman terhadap bahan yang dibaca ( Ahuja, 1999: 54). Dari penjelasan di atas kiranya dapat dilihat bahwa istilah “kecepatan membaca” sesungguhnya tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sebenarnya. Oleh karena itu, istilah yang dipergunakan Tampubolon ialah kemampuan membaca.
Upaya-upaya untuk Meningkatkan Minat Baca
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa penanaman kebiasaan membaca harus dimulai pada usia dini, dan tidak dapat disangsikan pula bahwa sekolah merupakan tempat yang sangat tepat untuk memupuk minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anak. Salah satu dukungan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan minat baca siswa adalah peran guru. Guru perlu memotivasi
siswa untuk mencintai buku sejak awal. 12) Karena itu upaya pengembangan/ peningkatan minat dan kebiasaan membaca juga diadakan di sekolah-sekolah. Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca antara lain :
1. penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah;
2. pemberian tugas membaca;
3. pemberian tugas pembuatan abstraksi;
4. pemotivasian penyelenggaraan majalah dinding;
5. penyelenggaraan lomba membaca;
6. penyelenggaraan lomba pembuatan kliping;
7. pemotivasian penerbitan majalah atau buletin sekolah;
8. penyelenggaraan pameran buku yang dikaitkan dengan peringatan harihari
besar nasional dan agama;
9. penugasan siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah; 13)
10. penyelenggaraan program membaca;
11. pemberian bimbingan teknis membaca.
Dari semua kegiatan yang dilaksanakan di atas, tidak akan ada artinya kalau tidak didukung oleh para guru. Guru mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat baca siswa-siswanya. Jika guru salah atau kurang tepat dalam menggunakan metode mengajar maka akan membuat siswa malas membaca, tidak memberikan motivasi (dorongan) pada anak didik untuk gemar membaca. Guru yang tidak memberikan kesempatan atau tidak menciptakan suasana diskusi di dalam kelas, akan mematikan minat anak didik untuk ingin tahu atau mencari sesuatu jawaban. Guru yang mengajar dengan metode ceramah saja atau yang lebih
buruk lagi dengan menyalin saja (baik di papan tulis atau didiktekan), akan menjadikan kelas itu kelas yang pasif, kelas yang siswa-siswanya selalu menunggu apa yang akan diberikan oleh gurunya. Seharusnya seorang guru harus menciptakan kelas yang interaktif, kelas yang siswa-siswanya selalu mencari jawaban dan memecahkan masalah. Sebagai contoh kegiatan guru untuk mengajak siswanya berminat untuk membaca dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Memperkenalkan buku kepada anak sejak dini. Guru yang bijak akan mulai suatu langkah, mencoba melangkah tapi penuh kepastian. Dipilihnya buku-buku dari perpustakaan sebanyak jumlah siswanya di kelas. Seawal mungkin, ketika anak mulai duduk di bangku kelas I anak
diberi buku. “Mengapa ? Bukankah anak belum bisa membaca ? “. Memang benar, tapi guru yang bijak tadi bukan menyuruh anak membaca buku-buku itu. Guru ingin merangsang siswanya dengan berusaha agar siswa sadar, mulai “cinta buku”. Misalnya dengan menanyakan gambar-gambar yang terdapat dalam buku, pada kesempatan lain guru bercerita singkat tentang isi suatu buku yang menarik siswa. Cerita disajikan dengan maksud untuk menumbuhkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang isi buku. Maksudnya agar siswa terdorong dan memiliki motivasi. “Apabila kamu sudah pandai membaca, banyak
cerita-cerita menarik yang dapat diperoleh dalam buku-buku semacam ini.” Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi hal ini dapat mendorong/ memberikan motivasi pada siswa untuk cepat belajar membaca. Saat ini keberadaan perpustakaan kelas sangat diperhatikan oleh para pengelola sekolah, sekali lagi tingal peran guru yang sangat diperlukan dalam
memotivasi siswa untuk membaca. Mengisi waktu luang anak didik dalam kelas. Bila anak sudah memiliki kemampuan membaca, maka kemampuan guru yang bijak tadi mencoba berkreasi. Anak didiknya dianjurkan mengumpulkan atau membuat kliping, misalnya dari surat kabar, mingguan, atau majalah yang memuat bacaan atau cerita untuk anak. Kliping yang terhimpun dibuat bermakna bagi proses belajar siswa. Tentunya masih banyak cara lain untuk membangkitkan minat siswa dalam membaca. Dan jangan lupa seleksilah buku-buku yang dibaca siswa-siswi/ anak-anak kita supaya sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
            Whole Language memandang bahasa sebagai pusat pembelajaran Keberadaan bahasa disebabkan oleh dua alasan. Pertama, karena manusia sanggup berpikir secara simbolik, mereka mempresentasikan sesuai dengan sesuatu yang lain, mereka mampu menciptakan sistem-sistem semiotik. Kedua, karena manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai sarana komunkasi dalam kehidupannya. Komuikasi sosial antar manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan dua alasan tersebut, jelaslah bahwa bahasa bagi manusia adalah pusat komunikasi dan berpikir. Belajar bahasa sebagai “belajar bagaimana memaknai” karena dalam proses belajar bahasa, manusia mempelajari makna sosial bahasa yang dihadirkannya (Halliday 1973). Selain itu, Halliday menambahkan bahwa baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, bahasa lisan maupun tulis akan lebih baik dan lebih mudah dipelajari dalam aktivitas berbahasa yang otentik dan dalam peristiwa berbahasa sesuai dengan fungsi bahasa yang sesungguhnya. Dengan alan ini maka Whole Language program menolak pandangan bahwa perkembangan bahasa berawal dari bagian ke keseluruhan. Hal ini berlaku juga untuk aktivitas membaca dan menulis permulaan.dalam Whole Language program, pemgajaran membaca, menulis, berbicara, dan menyimak tidak terpisah tetapi terpadu.

KESIMPULAN
Kemampuan dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan lain yang lebih tinggi. Karena itu pengajaran membaca di sekolah dasar harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan sehingga memberi manfaat bagi siswa dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan lain. Kesabaran dan ketelatenan guru dalam membimbing, mengarahkan, dan melatih siswa sangat berperan dalam mendorong siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Begitu pula guru pustakawan dapat membantu meningkatkan minat baca
siswa dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Menerbitkan daftar buku untuk buku anak-anak.
2. Merencanakan kegiatan promosi minat baca seperti membentuk kelompok
pencinta buku-buku, lomba minat baca dan lain-lain.
3. Mengorganisasikan lomba minat baca di sekolah.
4. Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak.
5. Memberikan tugas baru setiap minggu dan melaporkan hasil pelaksanaan
tugas.
6. Menceritakan orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca.
7. Mengajak siswa belajar ke perpustakaan.
8. Mengajak guru untuk mengajar teknik-teknik membaca kepada siswa.
9. Memotivasi siswa agar banyak membaca pada waktu terluang.
10. Menyelenggarakan jam cerita (story telling) kepada para siswa secara
periodik.
Dengan diketahuinya teknik-teknik membaca, langkah-langkah pelaksanaan, dan upaya untuk meningkatkan minat baca, maka diharapkan guru dapat mengambil perannya sebagai pendidik yang mendorong siswanya untuk gemar membaca. Diharapkan, melalui tulisan ini, guru SD dapat memahami, merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dan sastera dengan menerapkan pendekatan Communicative dan pendekatan Whole Languge, strategi pembelajaran menyimak, membaca, menulis dan apresiasi sastera dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas-kelas awal SD secara lebih baik. Pembimbing harus tersedia dalam pengadaan fasilitas membaca agar tidak terjadi pemborosan dalam pemanfaatan dan pemeliharaan. Agar tidak kalah dengan pengaruh media elektronik terhadap murid, bentuk-bentuk perlombaan membaca perlu digalakan dari tingkat sekolah sampai dengan tingkat nasional.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Kartika, Esther. “memacu minat membaca sekolah dasar”. Dalam Jurnal  Pendidikan Penabur. Vol 3. No.03. Desember 2004 (20-27).
2.      Ginting, Vera. “Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan          Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid”. Dalam Jurnal Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Vol. 5 No.5, Desember 2006, (273-288).
3.      Yarmi, Gusti. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD”. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur Vol. 7. No.11. Desember 2008. (75-85).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar